Bangkit
dari rasa kecewa yang teramat dalam, sangat membutuhkan banyak waktu. Kegagalan
dalam hubungan yang telah menginjak tahun ke empat, menciptakan banyak
patahan-patahan yang begitu menyakitkan jika diingat kembali. Patah hati, juga
patah semangat untuk hidup.
Rasa-rasanya semua ikut hanyut dan tenggelam bersama
dengan berakhirnya kisah percintaan yang penuh drama kala itu. Kemudian memunculkan
prinsip untuk tidak dulu mengenal lagi apa itu cinta dan menutup rapat-rapat pintu
hati untuk siapapun yang hendak bertamu.
Sampai
suatu hari sosokmu hadir. Kamu, sosok yang berhasil mengulurkan tangan hingga menggapai
tanganku, menarik keluar dari masa-masa sulitnya menguatkan diri untuk sekedar
berdiri di depan cermin, mengutuk atas segala hal yang telah terjadi.
Terimakasih sudah datang dan menyembuhkan.
Mengenalmu,
aku merasa menjadi perempuan yang beruntung dan paling bahagia di dunia. Sikapmu
yang dewasa begitu pengertian dan sabar menghadapi aku yang kekanak-kanakan,
sosokmu yang pintar membawaku banyak melihat hal-hal baru yang sebelumnya aku
abaikan, dan sikap humorismu yang selalu menjadi komedi nomor satu-ku yang
berhasil meledakkan tawaku hingga menceriakan hari-hariku.
Terimakasih sudah
sangat menyayangiku dengan tulus.
Kamu
adalah tempat berpulang ternyaman dari riuhnya hari-hariku di luar. Telingamu
selalu siap mendengar celotehan-celoehanku sebab masalah di kampus dengan dosen
pembimbing, salah paham dengan teman, masalah di organisasi, dan drama-drama
lain yang seolah tidak pernah absen menorehkan ceritanya di hidupku. Tidak
jarang, karena suatu hal, aku menghubungimu hanya untuk menangis
sejadi-jadinya, kamu selalu membiarkan namun menenangkan pada akhirnya.
Terimakasih sudah selalu ada.
Saat
ini aku seperti kehilangan tempat berpulang, aku sedang sangat merindukanmu.
Entah sebab jarak yang memisahkan, waktu yang tidak sedang perpihak, kamu yang
kini sudah sibuk dengan pekerjaanmu, atau memang hanya perasaanku saja, kamu
seolah pergi. Kamu masih ada, aku pun masih ada, disini.
Hubungan ini masih
milik aku dan kamu. Tetapi kamu saat ini, bukan lagi kamu yang dulu, kamu
menjadi lebih pendiam. Bahkan untuk sekedar mengirimkan ucapan selamat pagi rasanya
bisa secanggung ini. Mengganggumu dengan telpon-telponku pun tidak lagi aku
lakukan.
Rasanya malam-malamku saat ini terasa lebih panjang tanpamu. Sepi.
Kepada kamu yang saat ini sedang pergi, aku selalu menunggumu
kepulanganmu.